Sudah menjadi ritual saya setiap setahun sekali mengunjungi ibu saya di kota Malang. Beliau memang menetap disana sejak ayah saya yang memang punya cita-cita "mulih ndeso" memutuskan untuk pensiun dini dan Malang sekarang menjadi tujuan tetap saya beberapa kali dalam setahun.Jaman dulu ketika belum ada penerbangan yang menuju ke Malang, saya harus menghabiskan 18 belas jam di dalam kereta api Gajayana.Tapi sejak bandara udara malang dibuka, dan beberapa maskapai penerbangan sudah berani mendaratkan pesawatnya di kota yang dikelilingi pegunungan ini,perjalanan ke Malang hanya makan waktu 1,5 jam.Akibatnya sekarang Malang menjadi salah satu tujuan wisata yang mulai dilirik penggemar travelling dn kuliner tentu saja.
Malang memang tidak banyak memiliki tempat wisata,tapi suasana dan makanannya membuat betah untuk berlama-lama di kota ini. Bangunan-bangunan kolonial yang mendominasi,udara yang sejuk,dan kuliner yang super enak memang paket lengkap yang bisa didapat disini.Menyusuri kota Malang biasanya dimulai dari daerah yang cukup terkenal di Malang yaitu jalan Ijen.Jalan yang jaman dahulu merupakan komplek elit para pejabat kolonial, dan pengusaha tionghoa di Malang ini dipenuhi bangunan bergaya kolonial yang masih dirawat sampai saat ini.Alun-alun juga merupakan persinggahan yang menarik di kota Malang.Pusat hiburan dan jajanan yang klasik dan khas kota Malang.Restaurant OEN, Rawon Nguling,Mie Hok Lay adalah beberapa contoh tujuan para penikmat kuliner.
Namun tidak hanya di alun-alun,kota Malang menawarkan beragam spot kuliner yang menarik.Salah satu tempat yang saya suka diMalang adalah restaurant UND..Orang seringkali salah mengira UND dengan Oen.Padahal mereka adalah dua restaurant yang berbeda. UND adalah restaurant yang berada dalam manajemen hotel Tugu,salah satu hotel legendaris yang menjadi icon kota Malang.Banyak jenis jajanan yang menarik di UND,tapi yang selalu sukses menggoda saya adalah aneka kue,tarcis, roti, dan kue kering yang resep dan rasanya dipertahankan sejak jaman dulu.Bau panggangan yang khas selalu tercium dari roti kasur khas UND yang seringkali jadi rebutan setiap saya bawa ke Jakarta sebagai oleh-oleh.Cheese pie nya yang tebal dan gurih juga jadi favorite saya ketika ngopi disana.
Selain UND yang saya suka di Malang adalah Warung Subuh.Pada dasarnya ini adalah foodcourt yang diisi berbagai macam kios jajanan khas Malang. Cui Mie,Tahu Campur,Rawon, dan beberapa stand chinese food.Tapi yang paling ramai adalah stand penjual aneka lauk, dan masakan yang digelar di showcase kaca.Hampir 20 jenis lauk,tumis, dan sayur dipajang disana dan pembeli tinggal menunjuk lauk apa yang mereka mau.Sop iga yang empuk dengan kuah yang gurih dan ringan merupakan andalan di sana Selain itu mereka juga menyediakan bubur khas warung subuh. Menu satu ini selalu saya pesan setiap berkunjung kesana,cocok untuk disantap pada waktu tengah malam, karena tempat ini memang buka larut malam .Semangkok bubur hangat yang teksturnya tidak terlalu padat, disajikan bersama sepiring kecil lauk pelengkapnya.Jangan harap melihat potongan ayam,sate usus atau ampela dan kuah kuning seperti halnya bubur di jakarta. Bubur polos yang tidak pakai tambahan kuah apapun ini dilengkapi dengan cakwe,sawi asin,teri kacang,dadar dan telur asin. Walau sederhana, tapi rasa gurih dari masing-masing pelengkapnya membuat bubur ini jadi sempurna dan tidak perlu tambahan kecap atau sambal.
Dua tempat diatas hanya secuil dari sekian banyak tempat makan yang enak di Malang yang selalu menjadi persinggahan wajib buat saya. Seminggu rasanya masih kurang untuk menjelajahi setiap tempat makan dan membuat saya selalu kangen untuk kembali ke kota ini.